Saturday, June 13, 2009

Belajar Dari Spanyol

Spanyol adalah salah satu tim terbaik saat ini di dunia. Catatan prestasi timnas Spanyol amat mentereng dua tahun belakangan. Juara Euro 08, peringkat satu FIFA, meraih hasil sempurna di kualifikasi PD 2010, tidak terkalahkan dalam lebih dari 30 pertandingan adalah prestasi anak-anak matador ini.begitu pun dilevel klub, dimana Barcelona baru saja meraih treble di musim 2008/2009. Sepakbola Spanyol harus diakui tengah berada dipuncaknya kini.
Pertanyaannya kini mengapa Indonesia harus belajar dari Spanyol? Ada satu fakta menarik bahwa timnas Spanyol kini diisi oleh pemain-pemain bertubuh mungil sebut saja Xavi Hernadez, Andres Iniesta, Cesc Fabregas, David Silva, David Villa dan bahkan sang kapten Carles Puyol yang berposisi sebagai centre-back rata-rata bertinggi badan antara 170-175cm. dengan tinggi badan seperti ini secara teori para pemain Spanyol akan kesulitan berkompetisi dikancah Eropa yang didominasi pemain dengan tinggi tubuh menjulang. Namun kekurangan ini dapat ditutupi mereka dengan skill tinggi, kerjasama tim yang mumpuni serta determinasi yang tinggi.
Kejayaan timnas Spanyol dimulai saat mereka dilatih oleh Luis Aragones pada 2006. Pelatih dengan karakter keras dan cenderung otoriter ini ternyata mampu meredam masalah klasik yang menghantui timnas Spanyol selama ini. Masalah tersebut adalah adanya persaingan antar etnis Catalan yang didominasi pemain Barcelona dan etnis Castilian yang mayoritas adalah pemain Real Madrid. Persaingan melegenda puluhan tahun antar kedua klub ini ternyata terbawa hingga ke timnas yang berakibat pada memanasnya situasi antar pemain. Hal inilah yang ditengarai menjadi pemicu utama kegagalan yang selalu terjadi pada timnas Spanyol setelah terakhir menjadi juara Piala Eropa 1964.
Aragones dengan gayanya yang keras dan kontroversial ternyata mampu meredakan ketegangan pemain antar kedua etnis tersebut. Selain itu Aragones mampu menyuntikkan semngat nasionalisme yang selama ini dinilai telah hilang dalam diri para pemain Spanyol.Hal inilah yang akhirnya memicu munculnya kemampuan terbaik dari para pemainnya saat berada dilapangan, selain itu kerjasama tim dan suasana tim sendiri berada dalam kondisi yang amat harmonis. Hal ini terbukti saat Spanyol mampu merebut juara Euro 08 dan cantiknya permainan timnas Spanyol hingga kini.
Beralih ke timnas Indonesia. Sudah sewajarnya timnas Indonesia mampu meniru yang dilakukan timnas Spanyol saat ini. Dengan tinggi badan pemain timnas Indonesia yang hampir sama dengan pemain timnas Spanyol sudah sepatutnya para pemain timnas meninggalkan rasa minder yang selama ini menghantui mereka kala bertemu dengan lawan yang punya tinggi badan diatas rata-rata. Ihwal tinggi badan sebagai faktor penyebab buruknya prestasi timnas selama ini hingga jarang berprestasi dikancah internasional harus segera dihapus sekarang juga.
Selain itu timnas juga harus segera mampu menemukan seorang pelatih yang berkarakter seperti Aragones di Spanyol. Hal ini penting mengingat pemain timnas Indonesia sendiri berasal dari berbagai suku dan ras yang tersebar dipenjuru Nusantara. Masing-masing suku dan ras pasti mempunyai karakternya sendiri. Hal inilah yang harus dicermati oleh pelatih timnas mendatang agar ego para pemain dapat ditekan sehingga mau bermain untuk tim secara keseluruhan. Selain itu semangat nasionalisme yang ditengarai telah lama pudar dalam diri pemain timnas juga patut untuk dikobarkan kembali.
Contoh paling pas dalam hal ini adalah pemain asal Papua. Daerah paling timur Nusantara itu dikenal sebagai gudangnya pesepakbola handal di Indonesia. Klub asal Papua seperti Persipura terbukti telah mampu dua kali menjuarai ajang Ligina dan pemain asal Papua tersebar diberbagai klub di Indonesia. Namun ironisnya pemain asal Papua justru hanya sedikit yang mampu secara konsisten berprestasi untuk timnas. Hal ini mungkin disebakan oleh perbedaan kultur yang amat mencolok terjadi antara pemain Papua dan pemain timnas lainnya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Pemain Papua ditengarai punya sifat tertutup, minder dan mudah home-sick saat memperkuat timnas.
Oleh sebab itu figur pelatih timnas akan sangat penting kedepannya. Diperlukan sosok yang keras, disiplin, nasionalis dan pintar memotivasi pemain agar segala macam perbedaan yang terjadi dalam tubuh timnas tidak lagi terjadi. Pelatih tersebut tidak perlu terlalu pintar berstrategi didalam lapangan karena para pemain sepakbola Indonesia pada dasarnya punya bakat alam yang luar biasa sehingga sempat dijuluki “Brazil”nya Asia. Jika kondisi pemain harmonis baik didalam maupun luar lapangan secara otomatis kemampuan terbaik para pemain akan keluar dengan sendirinya sehingga tugas pelatih mengatur strategi tidaklah menjadi terlalu berat. Apabila hal ini terwujud kedepannya diharapkan pesepakbolaan Indonesia mampu kembali bangkit dan berprestasi diajang internasional.

No comments:

Post a Comment